Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menguji drone atau Pesawat Udara Nirawak (Puna) Alap-alap tipe PA-4 untuk pemetaan (mapping) jalur kereta sepanjang Cirebon hingga Tegal, dari Bandara Cakrabhuwana, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu, 15 Juli 2017.
Sebelumnya, BPPT telah berhasil menggelar uji coba drone serupa di Pangandaran, Jawa Barat, di mana mampu terbang selama 7 jam nonstop dengan total jarak jelajah 623 kilometer.
Menurut Flight Test Director Drone Alap-Alap, Jemie Muliadi, uji coba ini pemetaan jalur kereta ini menempuh jarak kurang lebih 86 kilometer yang terbagi dalam 13 seksi dan dilakukan dua hari yaitu, Sabtu-Minggu, 15-16 Juli 2017.
Ia mengatakan, teknologi drone ini sudah masuk Tahapan Kesiapan Teknologi (Technology Readiness Level/TRL) 8-9, atau siap diproduksi oleh industri. Pada 2018, BPPT akan mengajukan Drone Alap-Alap PA-4 agar mendapatkan sertifikat dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA).
Kendati demikian, Jemie mengaku terdapat beberapa kendala untuk mengoperasikan drone. "Ada tiga kendalanya," kata dia. Pertama, kondisi cuaca. Jemie mengebut bila cuaca tidak bisa dipengaruhi.
Dengan demikian, untuk melakukan uji coba terbang drone harus melihat kondisi cuaca. "Alhamdulillah, cuacanya bagus. Jadi, kita bisa menyelesaikan pemetaan sesi pertama penerbangan ini," ungkapnya.
Kedua, waktu yang tidak bebas. Jemie bilang drone tidak bisa diterbangkan saat malam hari, dan hanya pada siang saja. Ketiga, ketersediaan jadwal penerbangan yang terbatas dan terjadwal.
Artinya, lanjut dia, Drone Alap-Alap ini harus terbang (take-off) dan mendarat (landing) dari landasan di bandara. "Di sini (Bandara Cakrabhuwana) kita hanya bisa dikasih waktu (menerbangkan drone) hari Sabtu dan Minggu dari 08.00-16.00. Kita harus koordinasi sama stakeholders," papar Jemie.
Drone Alap-Alap mampu terbang maksimal 7 jam dan mampu terbang hingga 10 ribu kaki. Selain itu, drone ini diisi oleh bahan bakar, bukan baterai, sehingga mampu terbang lebih lama.
♘ VIVAnews