Mustofa merasa kebingungan mengenai teknik perebutan senjata yang dilakukan oleh terpidana teroris.
Hal ini ia ungkapkan melalui akun media sosial twitternya @NetizenTofa sebagai berikut:
"Jika ada yang bisa menjelaskan dengan logika, teknik perebutan senjata api di Mako Brimob oleh terpidana teroris hingga terjadi pembantaian terhadap 5 Polisi, saya segera undur diri."
Salah satu netizen juga sedikit menerangkan kondisi dalam rutan Mako Brimob.
@utomo_y: Rutan Mako Brimob adl tupoksi dan area absolut kepolisian.
Bagaimana bisa kelalaian dalam kontrol pengawasan dan sterilisasi area rutan, harus ada tanggung jawabnya.
Ini adalah Mako, bukan resor/ sektor. Memalukan. Napiter itu adalah teroris yg sudah ditindak, dan berada dalam pembinaan rutan Mako.
Hingga salah satu netizen dengan akun @Sahal_AS mengatakan jika hampir semua polisi yang jadi korban Mako Brimob, dibunuh dengan cara digorok lehernya.
@sahaL_AS: Hampir semua polisi yg jadi korban Mako Brimob dibunuh dgn digorok lehernya. Cc. @NetizenTofa, “pengamat” terorisme merangkap pendukung teroris ISIS.
Menanggapi balasan netizen, Mustofa mempertanyakan bagaimana sistemnya.
@NetizenTofa: Pelakunya siapa dan cara pelaku menangkap 5 korban gimana Om? bisa jelaskan ke saya? Jangan melipir dulu. Di google tidak ada soalnya.
Diketahui, para narapidana yang berhasil membobol tahanan melawan petugas yang berjaga. Mereka merebut senjata aparat.
Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan senjata itu dipakai para napiter untuk menyandera dan membunuh aparat. [tribun]