Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter @rockygerung yang diunggah pada Kamis (10/5/2018).
Mula kerusuhan tersebut berawal dari cekcok antara tahanan dan petugas personel Brimob.
"Bahwa pemicunya adalah hal yang sepele, pemicunya adalah masalah makanan," ujar Iqbal yang dilansir dari Kompas.com.
Iqbal menegaskan, sesuai standar prosedur operasional, seluruh makanan yang berasal dari luar dan diberikan kepada tahanan harus melalui pemeriksaan.
Atas insiden tersebut, lima polisi gugur dan satu narapidana kasus terorisme tewas.
Tak hanya itu, seorang personel Brimob, Iptu Sulastri disandera oleh para napi teroris dan mendapat perlakuan keji saat melakukan penjagaan dalam rutan.
Kerusuhan tersebut membuat sejumlah tokoh publik ikut angkat bicara.
Rocky Gerung satu diantaranya.
Menurut Rocky, kejahatan merupakan kualitas rendah manusia.
Berikut cuitan Rocky Gerung:
"Kejahatan adalah kualitas rendah manusia. Tapi tak cukup dengan cacian dan hukuman. Pelajari mikroskopi psikologinya, pahami makropolitik ketidakadilan global. Nalar harus selalu selangkah di depan amarah.
Percakapanlah yang memelihara peradaban. Dendam dan kemarahan menutup percakapan. Fanatisme mulai dari situ, mendaur ulang kejahatan.
Sejarah negeri ini juga sarat kekerasan. Selalu ada potensi ia kembali. Pemimpin yang tak paham sejarah, tak mengerti akar antropologi kekerasan itu. Ia lalai mengaktifkan percakapan warganegara, dengan akibat fanatisme mengintai momentum.
Bila terasa sinisisme publik, pertanda ada kepercayaan yang retak pada penguasa. Introspeksilah, bukan justru mencurigai pikiran rakyat," tulisnya.
Membaca cuitan Rocky Gerung, seorang netizen dengan akun @Rakyat_Kerikil memberikan sebuah pertanyaan soal efek jera untuk pelaku kejahatan.
"Sekarang belum efektif ya Prof? Baik sebagai efek jera, efek potong jalur kejahatan, dan efek positif berantai. Karena kejahatan pd kemanusiaan, masih terus terjadi & selalu kembali berulang! Amarah sering pegang kemudi dalam kehidupan," tulis akun @Rakyat_Kerikil.
Medapat pertanyaan itu, Rocky Gerung mengatakan bahwa tidak ada kejahatan yang jera karena hukuman.
"Tak ada jera karena hukuman. Penjahat akan cari cara efisien memaksimalkan kejahatan. Kriminologi itu ilmu rasional. Empati pada korban adalah aspek batin kita. Tapi kejahatan tak hilang oleh dendam dan kutukan. Sistem penghukuman itu sendiri adalah bagian dari persoalan ilmu.
Kita hidup di ujung “era manusia”. Humanisme sedang berevolusi menuju sistem nilai baru. Banyak kemarahan karena banyak ketidaktahuan," tulis Rocky Gerung. [TribunWow]