Balasan PDIP untuk SBY Soal Megawati, Segitunya Demi Anak

Jiromedia.com -PDIP membalas tak kalah menohok atas pernyataan yang dikeluarkan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
SBY mengaku, hubungannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri masih berjarak kendati sudah berlalu selama 10 tahun.
Dibeberkannya juga, selam itu pula, ia berusaha dengan segala macam cara, termasuk meminta bantuan almarhum suamin Megawati, Taufik Kiemas.
Berkenaan dengan pernyataan itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menanggapi dengan santai.
Justru, ia mempersilahkan semua pihak melihat dalam rekam jejak digital maupun media cetak bahwa Ketum Demokrat itu selalu melalukan hal yang sama tiap kali menjelang pemilu.
Yakni SBY selalu mengungkapkan keluh-kesahnya tentang Megawati.
Demikian disampaikan Hasto dalam keterangan tetulisnya, Kamis (26/7/2018).
“Padahal Ibu Megawati baik-baik saja,” kata Hasto.
Menurutnya, selama ini Megawati selalu diam dan percaya bahwa kebenaran akan mengungkap sendiri di akhir.
“Karena beliau percaya terhadap nilai-nilai Satyam Eva Jayate. Bahwa pada akhirnya kebenaranlah yang akan menang,” lanjutnya.
Sebaliknya, Hasto malah menyebut perilaku politisi kelahiran Pacitan, Jawa Timur itu sebagai ‘keluhan musiman’.
Dan hal itu, dilakukan karena sebagai seorang ayah tentu mengharapkan yang terbaik bagi anaknya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sehingga, saat ini seluruh pergerakan politik SBY adalah untuk anaknya itu.
“Sementara Ibu Megawati jauh lebih luas dari itu. Ibu Mega selalu bicara untuk PDIP untuk Pak Jokowi, untuk rakyat, bangsa dan negara. Sementara Pak SBY selalu saja mengeluhkan hubungan itu,” katanya.
Hasto pun mengingatkan apa yang terjadi menjelang pilpres tahun 2004. Saat itu SBY menyatakan diri sebagai orang yang dizalimi.
Secara psikologis, seharusnya yang menzalimi itu yang merasa bersalah. Tetapi kenapa SBY justru tampak sebagai pihak yang merasa bersalah dan selalu menuduhkan hal yang kurang pas tentang Megawati.
Menurutnya, gagal tidaknya koalisi Partai Demokrat lebih karena kalkulasi yang rumit yang dilakukan hanya fokus dengan masa depan AHY.
Ia menyarankan, sebagai seorang pimpinan sudah seharusnya bersikap bijak.
Kalau memang kemudian tidak bisa berkoalisi dengan Jokowi karena sikapnya yang selalu ragu-ragu, sebaiknya introspeksi diri.
“Jadi jangan bawa nama Ibu Mega seolah sebagai penghalang koalisi. Sekiranya Pak SBY mendorong kepemimpinan Mas AHY secara alamiah terlebih dahulu, mungkin sejarah bicara lain,” pungkasnya.
Sebelumnya, mantan Presiden RI keenam itu mengaku hubungan dengan Megawati memang masih belum sepenuhnya pulih dan membaik.
Kendati demikian ia tak menyebut bahwa hal itu menjadi biang gagalnya Demokrat bergabung dalam koalisi mengusung Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.
Mantan Mekopolhukam itu mengaku hubungannya dengan mantan Presiden RI kelima itu hingga saat ini masih berjarak.
Demikian diungkap SBY dalam konferensi pers usai bertemu dengan Ketum PAN Zulkifli Hasan di kediamannya Mega Kuningan Timur VII, Jakarta, Rabu (25/7/2018).
(Hubungan) dengan Megawati, saya harus jujur memang belum boleh, masih ada jarak,” ungkap dia.
Presiden RI Keenam ini juga mengaku tak berdiam diri untuk melakukan komunikasi.
Ia juga mengklaim selama sepuluh tahun ini selalu berusaha menjalin komunikasi dengan Putri Bung Karno itu.
Bahkan, suami Mega, almarhum Taufik Kiemas pun sampai turun tangan memperbaiki friksi di antara keduanya.
“Mendiang Taufik Kiemas sahabat saya, berusaha memulihkan silaturahmi kami berdua. Bukan kehendak kedua belah pihak, tapi Allah belum menakdirkan,” paparnya.
Meski begitu, ia mengaku tetap angkat topi kepada Megawati.
Akan tetapi, dia pasrah hubungan dengan Megawati belum bisa kembali normal seperti sedia kala.
“Saya tetap menghormati beliau sebagai Presiden saya juga dulu. Saya tidak akan pernah hilang hormat saya kepada beliau,” kata SBY menambahkan.

(JPG/ruh/pojoksatu)


Subscribe to receive free email updates: